Teori ekonomi liberalisme telah lama menjadi landasan utama dalam kebijakan ekonomi di Indonesia. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teori ini juga menuai kritik dari berbagai pihak. Kritik terhadap teori ekonomi liberalisme di Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks.
Salah satu kritik yang sering dilontarkan terhadap teori ekonomi liberalisme adalah bahwa teori ini cenderung memperkuat kesenjangan sosial dan ekonomi. Menurut Prof. Dr. Emil Salim, “Penerapan teori ekonomi liberalisme di Indonesia cenderung hanya menguntungkan kalangan tertentu saja, sementara masyarakat luas masih terpinggirkan.”
Selain itu, banyak juga yang mengkritik bahwa teori ekonomi liberalisme cenderung menempatkan kepentingan korporasi di atas kepentingan rakyat. Menurut Dr. Rizal Ramli, “Liberalisme ekonomi telah menyebabkan terjadinya oligarki ekonomi di Indonesia, di mana sebagian kecil orang menjadi kaya raya sementara mayoritas rakyat miskin.”
Namun, meskipun mendapatkan kritik yang cukup tajam, teori ekonomi liberalisme tetap menjadi pilihan utama dalam kebijakan ekonomi di Indonesia. Menurut Prof. Dr. Chatib Basri, “Meskipun ada kritik terhadap teori ekonomi liberalisme, namun tidak dapat dipungkiri bahwa teori ini telah membawa kemajuan ekonomi di Indonesia.”
Terkait dengan alternatif terhadap teori ekonomi liberalisme, banyak ahli ekonomi menyarankan untuk mengadopsi pendekatan ekonomi yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dr. Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, mengatakan bahwa “Penting bagi kita untuk mengembangkan model ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan sosial.”
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia perlu terus melakukan kajian mendalam terkait dengan teori ekonomi yang diterapkan. Kritik dan alternatif terhadap teori ekonomi liberalisme perlu terus diungkapkan agar kebijakan ekonomi yang diambil dapat benar-benar memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.